
Metronusanewa.co.id | Lebak, Banten – Oleh: Arwan-ForwatuBanten
Ketika mendengar Kemelut yang terjadi antara Front Persaudaraan Islam dengan Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS), sebagai Pimpinan Ormas di Banten Saya menyebutnya sebagai ‘Perang Padri’ era kini.
Dimata PWI-LS eksistensi FPI dengan narasi yang Intoleran membahayakan Republik Indonesia. Klaim soal keturunan Rasulullah SAW dipertanyakan secara _Scientific_ yaitu melaui Tes DNA.
Tes DNA untuk marga Ba’alawi, yang mengklaim keturunan Nabi Muhammad, menjadi topik perdebatan. Beberapa pihak menantang mereka untuk membuktikan klaim tersebut melalui tes DNA, sementara yang lain menolaknya karena menganggapnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.
Hasil tes DNA juga menunjukkan haplogroup, yang merupakan kelompok genetik yang terkait dengan asal-usul geografis. Beberapa hasil tes DNA Ba’alawi menunjukkan haplogroup G-M201, yang banyak ditemukan di Kaukasus dan wilayah lain, bukan di Timur Tengah.
Perdebatan soal ini menjadi liar dan berkembang sebagai narasi yang disiapkan untuk mengusir Ba’alawi yang masih menyebarkan pengaruh di Indonesia.
Bergeser ke FPI, Organisasi yang pernah dibuburkan dan diganti menjadi Persaudaraan Islam ini termasuk organisasi pimpinan Habib yang dipersoalkan nasabnya oleh PWI-LS.
Kehadiran FPI dalam menyebarkan pemahaman aqidah dan konteks negara yang disampaikan secara keras dianggap oleh sebagian orang termasuk PWI-LS adalah intoleran dan merusak nalar Umat dalam menegakkan syariah Islam.
Namun kini, Gerakkan PWI LS mengarah pada pengerahan Massa yang menimbulkan konflik horizontal dengan menggunakan pendekatan kekerasan terhadap upaya penghentian Pengajian yang dilakukan oleh FPI.
Peristiwa Bentrokan masa antara Front Persaudaraan Islam (FPI) dengan masa Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) di Pemalang Rabu 23/7/2025. Penolakan acara ceramah Pimpinan FPI Rizieq Shihab oleh Laskar PWI-LS berujung bentrokan fisik menyebabkan 5 Korban terluka dan 1 Aparat Penegak Hukum akibat kurangnya antisipasi pihak keamanan di Pemalang.
Secara pribadi Saya menilai bahwa PWI-LS telah melangkah terlalu jauh dengan secara terang-terangan menyebut kelompok Ba’alawi keturunan Arab yang secara historis banyak berperan dalam dakwah Islam di Nusantara sebagai kelompok non-pribumi dan tidak memiliki legitimasi sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia. Bahkan, mereka menuding Ba’alawi sebagai ‘penumpang dalam sejarah Nusantara’.
Tayangan di berbagai Akun YouTube dan Podcast hingga Platform Media Sosial lainnya dapat mempengaruhi keberislaman Nusantara.
Mengerikan saat Rhoma Irama secara vulgar mengatakan tawaran label Habib untuk dirinya oleh oknum Rabithah Alawiyah (RA). Label itu disinyalir sebagai penguat untuk mempengaruhi umat dengan menyampaikan sejumlah dana untuk mendapatkan Label Habib.
Pernyataan yang telah di-share diberbagai Paltform Media Sosial oleh H. Rhoma Irama tersebut akan dijadikan rujukan secara universal jika tidak dibantah dengan pembuktian yang bisa meluruskan peristiwa yang sesungguhnya.
Ormas Forum Warga Bersatu (Forwatu) Banten akan menyikapi secara dini untuk me-mitigasi gejala Konflik besar peristiwa FPI vs PWI-LS yang jika tidak disikapi secara dini akan berakibat pada kerusuhan besar dengan Takbir yang sama, Nabi yang sama dan Kiblat yang Sama.
Jika peristiwa Perang Dunia kedua melahirkan Gerakkan Non Blok (GNB) saat itu, maka di Peristiwa Mengerikan ini, Forwatu Banten menginisiasi Gerakkan Non Partisan (GNP) dengan mendorong Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum untuk me-mitigasi Potensi Konflik di Banten yang kental dengan Keislamannya.
Achmad n