
MetronusaNews.co.id | Banyumas – Di bawah langit pagi yang bening dan bersahaja, juguran penuh makna terjalin hangat di Pendopo Griya Tirta Wening, Desa Winduaji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Jumat (08/08/2025),
Kementerian Agama Kabupaten Banyumas bersua dalam juguran “Rembug Rasa” bersama Sekretaris Daerah Banyumas, Drs. Agus Nur Hadi, memadukan gerak jasmani dengan getaran ruhani dalam satu harmoni kebersamaan.
Bersama para Kepala OPD, pimpinan Kemenag, dan seluruh ASN yang hadir, suasana terasa lebih dari sekadar dialog birokrasi. Ia menjelma menjadi jembatan hati antar-pelayan umat dan pelayan rakyat, yang mengurai cita dan menyulam langkah strategis dengan penuh ketulusan.
Kepala Kantor Kemenag Banyumas, H. Ibnu Asaddudin, menyuarakan aspirasi umat yang telah lama tumbuh dari relung kehidupan masyarakat:
1. Pengajuan hibah tanah untuk pembangunan KUA, sebagai benteng peradaban keluarga dan layanan umat.
2. Usulan bansos marbot rutin, karena mereka adalah penjaga sunyi cahaya masjid yang tak pernah padam.
3. Permintaan insentif guru ngaji, pejuang senyap yang menyalakan obor ilmu dari rumah ke rumah.
4. Permohonan keringanan sewa tanah PT KAI di depan MAN 1 & MTsN 1 Banyumas untuk keberlanjutan pendidikan.
5. Akses Trans Banyumas menuju MTsN 3 Silado agar langkah santri tak lagi tertatih menuju cahaya ilmu.
6. Percepatan sertifikasi tanah wakaf masjid, minimal lima sertifikat per desa, demi kejelasan hak wakaf umat.
7. Penataan seragam haji 2026 untuk jamaah dan PPIH, menyimbolkan kekhusyukan dan kesatuan dalam ibadah.
Mendengar itu semua, Sekda Agus Nur Hadi tak hanya memberi ruang dengar, tapi juga ruang tindak. “Apa yang disuarakan hari ini adalah denyut kebutuhan nyata masyarakat. Kita akan kawal dan realisasikan bersama. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri,” ungkapnya penuh ketegasan bersahabat.
Acara ditutup dengan ramah tamah dan dokumentasi bersama, menguatkan makna bahwa silaturahmi adalah bahan bakar utama pembangunan. Kemenag dan Pemkab Banyumas meneguhkan simpul sinergi, bukan hanya sebagai agenda birokrasi, melainkan sebagai wujud pelayanan yang bersandar pada iman dan nilai luhur kebangsaan.
Hari itu, Juguran Rembug Rasa bukan hanya pertemuan, tapi ikhtiar menata Banyumas dari akar ruhani menuju pucuk harmoni.
(Budiono)