
MetronusaNews.co.id | Probolinggo – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, menuai kontroversi setelah beredarnya video di media sosial TikTok yang memperlihatkan siswa TK dan SD menerima nasi basi sebagai bagian dari program tersebut. Kejadian ini memicu kemarahan dan kekhawatiran dari wali murid dan masyarakat setempat. Jum’at, (20/6/25).
Uji coba MBG di Kecamatan Kotaanyar yang dimulai pada Selasa, 10 Juni 2025, seharusnya menjadi langkah awal yang positif. Namun, kenyataan di lapangan jauh dari harapan. Beberapa sekolah penerima bantuan melaporkan bahwa nasi dan lauk yang diterima berbau tidak sedap dan tampak basi. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang kualitas dan pengawasan program tersebut.
Nasi basi dalam konteks program “Makan Bergizi Gratis” (MBG) mengacu pada dugaan nasi yang tidak layak konsumsi karena bau atau tekstur yang tidak seharusnya. Meskipun ada yang menyebut nasi tersebut basi, pihak sekolah dan dinas kesehatan setempat mengklarifikasi bahwa nasi tersebut mungkin hanya terlalu lembek dan basah setelah dimasak, bukan karena basi.
“Tempatnya juga kotor, Pak. Nasinya juga seperti nasi basi gitu,” ungkap seorang siswa Sekolah Dasar di Kotaanyar saat ditemui di sekolahnya, Rabu (11/6/2025).
Pernyataan jujur dari siswa ini menggambarkan keprihatinan nyata atas kondisi makanan yang diterima. Keterlambatan pengiriman juga menjadi masalah tambahan yang dikeluhkan.
Tanggapan resmi datang dari Kepala Dapur MBG Kecamatan Kotaanyar, Pujo Wisnu. Ia mengakui adanya kelalaian dari tim produksi dalam pendistribusian MBG perdana.
“Jadi kami memang masih butuh adaptasi dalam program ini. Kami akan melakukan perbaikan atau pembenahan untuk kedepannya, sehingga nanti penyajian porsi MBG ini benar-benar tidak ada kekurangan apapun. Maaf atas kesalahan dari kami,” kata Pujo saat dikonfirmasi.
Pengakuan ini meskipun terlambat, setidaknya menunjukkan adanya kesadaran akan kesalahan yang terjadi. Namun, pernyataan tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan dan pengawasan yang dilakukan sebelum program MBG diluncurkan.
Kejadian ini menjadi sorotan penting bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi seluruh proses, mulai dari pengadaan bahan makanan hingga pendistribusiannya, guna memastikan program MBG berjalan efektif dan aman bagi para siswa.
Program Makan Bergizi Gratis yang digagas pemerintah pusat bertujuan mulia, yaitu untuk menjamin asupan gizi anak didik dari tingkat TK hingga SMA di seluruh Indonesia.
Namun, kasus di Kotaanyar ini menjadi pengingat penting bahwa niat baik perlu dibarengi dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang matang agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi para penerima manfaat.
Kepercayaan publik terhadap program ini kini tengah diuji, dan perbaikan menyeluruh menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan tersebut.
Masyarakat berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam program MBG agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
(IPUL Kaperwil Jatim)