
MetronusaNews.co.id | Probolinggo – Keluhan petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo terkait potongan timbangan atau “plasi” kembali mencuat. Petani menilai potongan yang diterapkan pedagang terlalu tinggi, sehingga pendapatan mereka berkurang drastis. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya biaya produksi. Kamis, (3/7/25).
Elmidi (45), petani asal Kecamatan Dringu, mengungkapkan keprihatinannya. “Plasi bawang merah saat ini mencapai 30-35 kilogram dari dua kuintal bawang. Ini jauh lebih tinggi daripada ketentuan pemerintah yang hanya 24 kilogram,” ujarnya. Ia menambahkan, “Plasi yang tinggi berdampak besar pada pendapatan petani yang berkurang, sementara biaya operasional semakin mahal.”
Biaya produksi bawang merah memang terus meningkat, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pembelian obat-obatan, hingga biaya operasional lainnya.
Ironisnya, meskipun harga bawang merah saat ini cukup bagus, mencapai Rp 30.000 per kilogram untuk kualitas tanggung besar, banyak petani tetap merugi karena pendapatan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Probolinggo, Taufiq Alami, menjelaskan bahwa tataniaga bawang merah didasarkan pada kualitas.
“Tinggi rendahnya plasi bergantung pada kualitas barang,” katanya. Ia menambahkan, “Lebih baik tidak ada plasi, tetapi sebelum dijual, bawang dikemas dengan kualitas baik agar dapat menawarkan dan mendapatkan harga yang lebih mahal. Kami sangat mendukung permintaan penurunan plasi untuk petani.”
Namun, penjelasan tersebut belum cukup memuaskan para petani. Budi Hariyanto, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Projamin Probolinggo, telah melayangkan surat permohonan Rapat Dengar Pendapat (RDP) ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Probolinggo.
Ia mendesak pemerintah untuk menurunkan nilai plasi dan membuat payung hukum yang melindungi petani. “Kami meminta kepada pemerintah untuk membuat peraturan agar petani dan pedagang tidak ada yang dirugikan,” tegasnya.
Permasalahan plasi bawang merah di Probolinggo ini kembali menjadi sorotan dan membutuhkan solusi konkret dari pemerintah daerah untuk melindungi kesejahteraan petani. Ketidakseimbangan antara pendapatan dan biaya produksi yang tinggi mengancam keberlanjutan usaha pertanian bawang merah di wilayah tersebut.
(Dian Kabiro)