
MetronusaNews.co.id | Probolinggo – Pasca munculnya draft surat rekomendasi tim ahwa (ahlul halli wal aqdi) yang beredar di kalangan pengurus syuriah MWC NU, PCNU Kraksaan terus disorot. Seperti kritikan yang muncul dari tokoh masyarakat Desa Condong, Kabupaten Probolinggo. Menurutnya, saat ini banyak keanehan dengan struktural Nu dan sarat kepentingan.
“Kepengurusan sudah tidak jelas seperti dulu. Dulu, masyarakat tau siapa pengurus Ranting atau MWC NU. Karena memang pengurus diambil dari tokoh agama setempat,” kata Hendrik, tokoh masyarakat Desa Condong, Jumat (12/09/2025).
Diperiode terdahulu, lanjutnya, kepengurusan Ranting NU minimal diambil dari tokoh agama setempat, minimal ustad kampung. Saat ini, NU sepetinya tercerabut dari akarnya. Karenanya, monentum konfercab PCNU Kraksaan diharap dapat mengembalikan ruh NU seperti cita-cita pendirinya. “Terutama cita-cita Mbah Hasyim Ashari,” tandasnya.
Hendrik berharap kedepan NU kembali mengakar dimasyarakat. “Keberadaan NU dapat menguatkan masyarakat. Bukan untuk kepentingan penguasa, apalagi kepentingan pribadi,” jelasnya.
Senada, Gus Muhammad Toyib al Gufar, tokoh agama Kecamatan Krejengan mengungkapkan, muscab PCNU Kraksaan yang akan digelar beberapa hari lagi semestinya menjadi momentum agar NU kembali pada perjuangannya. Serta kembali keranah kehormatan. “NU tidak lagi ditunggangi dengan kepentingan politik, kekuasaan, apalagi kepentingan pribadi,” ungkapnya.
Tak hanya itu, tokoh agama yang getol menyuarakan pembemberantasan korupsi khususnya di Probolinggo ini menyangkan munculnya nama-nama yang diduga terseret dalam pusaran kasus korupsi mantan Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari dan suaminya Hasan Aminuddin. “Ada sebagian nama yang disebut dalam BAP dan persidangan kasus korupsi Hasan dan Tantri.” tutur Gus Muhammad Toyib.
Gus Toyib berharap nama-nama tersebut tak terlibat dalam kepengusan PCNU kedepan. Sebab, hal itu sangat mencoreng dan mencemari nama kehormatan NU. “Apa mereka lupa terhadap kasus yayasan Nahdatul Ulama yang muncul dipersidangan tipikor dan rekeningnya digunakan untuk menampung hasil korupsi. Hal seperti ini yang akan mencemari NU,” tegasnya.
Alangkah lebih baiknya, tambahnya, mereka fokus saja bertaubat. Serta berhenti memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadinya.
(IPUL Kaperwil Jawa Timur)